Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini merilis laporan global pertama tentang hipertensi yang mengungkapkan peningkatan dramatis penyakit ini di seluruh dunia. Dalam artikel yang diterbitkan oleh Hypertension Research, laporan WHO 2023 menunjukkan bahwa hipertensi kini mempengaruhi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia dan menjadi salah satu penyebab utama penyakit jantung, stroke, dan kematian dini. Karena kerap muncul tanpa gejala, hipertensi disebut sebagai silent killer yang sering tidak terdeteksi dan tertangani secara memadai. Hanya 54% dari penderita hipertensi yang didiagnosis, 42% yang menerima pengobatan, dan dari jumlah tersebut, hanya 21% yang berhasil mencapai kontrol tekanan darah yang efektif.
Kondisi Global dan Lonjakan Kasus Hipertensi di Asia
Laporan WHO mengungkapkan adanya peningkatan signifikan kasus hipertensi di wilayah Asia, khususnya di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Dalam kurun waktu antara 1990 hingga 2019, angka kejadian hipertensi di wilayah Asia Pasifik naik dari 24% menjadi 28%, sementara di Asia Tenggara meningkat dari 29% menjadi 32%. Hal ini berarti jumlah kasus hipertensi di wilayah ini mengalami lonjakan dua kali lipat, dari 144 juta menjadi 346 juta pada tahun 2019. Fenomena ini menggambarkan ancaman kesehatan serius bagi populasi Asia, di mana banyak negara memiliki tantangan dalam pengendalian faktor risiko hipertensi, termasuk pola makan tinggi garam, gaya hidup yang kurang aktif dan optimalisasi hasil pengobatan pada pasien hipertensi.
Upaya WHO dalam Mengatasi Hipertensi
WHO memberikan sejumlah rekomendasi penting untuk mengatasi hipertensi, antara lain dengan mendorong pengukuran tekanan darah sebagai upaya deteksi dini dan pengelolaan hipertensi. Pengukuran tekanan darah secara dinilai lebih akurat dalam mencerminkan kondisi pasien sehari-hari dibandingkan pengukuran di klinik, terutama di Asia yang memiliki prevalensi hipertensi tidak terkontrol yang tinggi. Selain itu, WHO menekankan pentingnya pembatasan konsumsi garam hingga di bawah 5 gram per hari dan menganjurkan penggunaan substitusi garam berbasis kalium untuk menurunkan tekanan darah.
Di sisi lain, WHO juga menekankan pentingnya pendekatan tim multidisipliner dalam penanganan hipertensi dengan melibatkan berbagai profesi kesehatan, seperti dokter, apoteker, dan perawat di sarana pelayanan kesehatan. Pendekatan ini dijalankan melalui paket teknis HEARTS yang melibatkan kolaborasi tim serta pemanfaatan teknologi digital untuk mempermudah pemantauan tekanan darah pasien dan memastikan pencatatan data yang lebih akurat.
Pentingnya Praktek Apoteker dalam Pengendalian Hipertensi di Masyarakat
Sebagai bagian dari pendekatan pergerakan tim multidisipliner, apoteker memainkan fungsi yang sangat penting dalam mendukung pengendalian hipertensi di masyarakat. Dalam praktiknya, apoteker adalah tenaga kesehatan yang sering berinteraksi langsung dengan kunci keberhasilan dalam memberikan membersamai pengobatan serta mengontrol perkembangan efektivitas penggunaan obatnya. Adanya kepedulian berbagai apotek dan pelayanan pengukuran tensi pasien untuk montior efektivitas obat, menjadi salah satu kunci penting bagaimana pasien ini selanjutnya mendapatkan edukasi, arahan dan moniroing obat. Apoteker komunitas beserta apotek yang jumlahnya 3x lipat dibandingkan dengan jumlah puskesmas bisa berkolaborasi untuk lebih banyak menghasilkan dampak prognosa lebih baik bagi pasien hipertensi. Berikut hal – hal yang dilakukan oleh apoteker di komunitas, untuk memberi dampak nyata praktik pelayanan keapotekeran kepada pasien hipertensi :
- Edukasi, Konseling Pasien Hipertensi
Di komunitas, apoteker menjadi sumber informasi obat utama bagi pasien terkait penggunaan obat antihipertensi. Apoteker memberikan penjelasan mengenai pentingnya kepatuhan dosis dan jadwal konsumsi obat, terutama mengingat banyak pasien hipertensi yang tidak menunjukkan gejala dan cenderung mengabaikan terapi mereka, karena mengira ‘hipertensinya telah sembuh’. Edukasi ini juga meliputi penekanan serta contoh dampak buruk jika pengobatan tidak teratur, yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit lain yang lebih serius.
- Dukungan dalam Pengukuran Tekanan Darah di Apotek
WHO menggarisbawahi pentingnya pemantauan tekanan darah di manapun, termasuk apotek untuk mengontrol hipertensi serta memberikan info kondisi terkini terkait tekanan darahnya. Di sini apoteker melayani pengukuran tekanan darah secara akurat, menginterpretasikan hasilnya. Aktivitas rutin ini, akan menjadikan tensi pasien terpantau, bahkan pasien dapat menjalani kehidupan sehari – hari menjadi lebih sehat. Jika mereka lebih terkontrol tekanan darahnya, maka tidak perlu mengantri lama dan banyak waktu terbuang untuk periksa. Jam pelayanan apotek sedari pagi hingga malam, tentu sangat memungkinan bagi pasien untuk melakukan hal ini.
- Konseling tentang Pembatasan Garam dan Pola Makan Sehat
Laporan WHO menyoroti konsumsi garam yang tinggi sebagai salah satu faktor risiko utama hipertensi, terutama di negara-negara Asia. Apoteker memiliki kompetensi dalam memberikan informasi tentang diet rendah garam dan pola makan sehat. Apoteker juga dapat menyarankan substitusi garam berbasis kalium sesuai rekomendasi WHO dan memberikan edukasi mengenai produk makanan yang sebaiknya dihindari karena tingginya kandungan natrium. Bahkan, pasien bisa langsung memperoleh kebutuhan – kebutuhan vitamin, suplemen makanan dengan takaran yang pas khusus bagi dirinya di apotek dengan panduan dan arahan apoteker.
- Monitoring Efek Samping dan Interaksi Obat
Banyak pasien hipertensi yang juga mengidap komplikasi penyakit lainnya, misal komplikasi : hipertensi dengan diabetes mellitus, hipertensi dengan hiperlipidemia, hipertensi dengan stroke, dan lain – lain, sehingga sering kali membutuhkan lebih dari satu jenis obat. Dalam hal ini, apoteker perlu membersamai dan mengawasi efek samping obat serta memastikan tidak ada interaksi yang merugikan dengan berbagai obat yang harus dikonsumsi pasien hipertensi tersebut. Praktik apoteker ini membantu menjaga keamanan terapi pasien sekaligus mencegah ketidakpatuhan yang disebabkan oleh efek samping yang tidak nyaman. Apoteker juga akan mengidentifikasi kebutuhan dosis ulang atau penggantian obat jika diperlukan dalam kondisi disertai data yang akurat, termasuk koordinasi kepada tenaga medis pengasuh layanan.
- Pemanfaatan Teleapoteker untuk Pemantauan dan Konseling
Teknologi digital yang berkembang seperti : whatsapp, telegram serta email atau aplikasi lain memungkinkan untuk dilakukannya teleapoteker dengan pasien dalam pemantauan tekanan darah dan kepatuhan pasien terhadap jadwal pengobatan. Apoteker dapat memanfaatkan aplikasi kesehatan untuk membantu pasien memantau tekanan darah mereka, mengingatkan waktu minum obat, serta mencatat perkembangan kesehatan pasien secara berkelanjutan. Teleapoteker ini juga memungkinkan apoteker untuk menyediakan konsultasi jarak jauh yang memudahkan pasien.
Laporan WHO 2023 memberikan perhatian besar pada masalah hipertensi sebagai “silent killer” yang mengancam kesehatan global, terutama di wilayah Asia. Dalam konteks ini, apoteker harus memiliki kontribusi nyata untuk mendukung upaya pengendalian hipertensi melalui edukasi, monitoring, dan pemanfaatan teleapoteker. Di tengah tantangan lapangan, seperti keterbatasan waktu konsultasi dan keterjangkauan alat kesehatan, praktik apoteker tetap krusial dalam meningkatkan kepatuhan pasien dan mengurangi risiko komplikasi hipertensi. Dukungan yang tepat dari pemerintah dan kebijakan kesehatan yang inklusif dapat memperkuat praktik apoteker sehingga lebih berdaya guna dalam penanganan hipertensi secara menyeluruh di masyarakat.