RI News – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memanggil Bupati Kepulauan Meranti, Muhammad Adil, terkait pernyataannya yang menyebut pegawai Kemenkeu berisi setan atau iblis. Bupati Adil mendapat teguran keras dari Mendagri Tito Karnavian.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Suhajar Diantoro mengatakan, teguran itu Tito sampaikan saat Bupati Adil tiba di Kantor Kemendagri sekitar pukul 10.30 WIB, Senin (12/12).
“Mendagri menegur keras sekaligus menegaskan, sebagai kepala daerah apa pun masalahnya harus menggunakan bahasa yang beretika dan menunjukkan sikap kenegarawanan,” ujar Suhajar dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Detikcom, Selasa (13/12).
Lihat Juga: Bupati Meranti Marah ke Anak Buah Kemenkeu Heboh
Suhajar sendiri menyayangkan sikap dan pernyataan Adil yang tidak elok dilakukan oleh seorang pejabat publik. Sebagai pejabat publik, kata dia, harusnya Adil memberikan teladan bagi masyarakat.
“Apa yang menjadi kegelisahan dan harapan Bupati Kepulauan Meranti sebenarnya bisa dikomunikasikan dan diselesaikan secara baik-baik, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat,” tuturnya.
Suhajar menyampaikan, seorang kepala daerah harus mampu menjaga etika termasuk dalam bertutur, sekali pun memiliki perbedaan pendapat maupun pandangan dengan pihak lain.
Hal ini penting disadari dan dilakukan. Terlebih lagi di tengah akses informasi yang begitu mudah saat ini, setiap perkataan yang diucapkan maupun perbuatan yang dilakukan sangat mudah diketahui publik.
“Semoga kita semua, khususnya kepala daerah dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa ini, dan menjadikan kita lebih berbenah dan menghasilkan kinerja yang lebih baik,” ungkap Suhajar.
Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Muhammad Adil meluapkan kekesalannya kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Bahkan dia sempat melontarkan kalimat bernada ancaman kepada kementerian yang dipimpin Sri Mulyani itu.
Sebelumnya, Bupati Kepulauan Meranti, Riau, Muhammad Adil kesal sehingga melontarkan ucapan keras kepada anak buah Sri Mulyani.
Kekesalan Adil bukan tanpa alasan. Menurutnya, dana bagi hasil (DBH) produksi minyak dari Meranti besaran yang diberikan Kemenkeu semakin ke sini semakin minimal.
Padahal produksi minyak Meranti terus meninggi di tengah terkereknya harga minyak dunia dan naiknya nilai tukar dolar AS.
“Meranti itu daerah termiskin se-Indonesia, penghasil minyak, termiskin, ekstrem lagi, pertanyaan saya bagaimana kami tidak miskin, uang kami tidak dikasihkan,” ujar Adil.