RI News – Diduga oknum anggota kepolisian melakukan penganiayaan kepada dua pemuda yakni MGCG dan FRP yang berdomisili di kawasan Pamulang Kota Tangerang Selatan (Tangsel), pada Rabu dini hari (24/1/2024).
Pengakuannya tersebut diutarakan dikediaman MGCG, Kamis (25/1/2024). Dirinya menceritakan perihal peristiwa dan kronologi kejadiaan.
“Awalnya kan saya di kabarin ama teman untuk di vidioin, kayak balap gitu. Nah, awalnya di depan mall sawangan, tapi ngga jadi, terus pindah ke arah mau ke gaplek. Terus, tiba-tiba polisi dari belakang, ngga tau kenapa tiba-tiba ngepres, polisi langsung didempetin. Ngga tau kenapa, mau ngehindarin malah langsung di todong pistol bagian kepala. Habis itu, disuruh berhenti, minggir. Habis berhenti, nurunin standar langsung di jambak rambutnya (korban, red) disuruh duduk, langsung di situ dieksekusi dan dituduh tawuran.
“Katanya orang gaplek itu ada yang bilang ada yang mau tawuran. Ternyata salah sasaran dikira aku mau tawuran padahal, teman aku itu bawa tas isinya itu kunci buat bongkar-bongkar motor bukan untuk tawuran,” ungkapnya.
Sementara itu, diketahui MGCG yang merupakan anak seorang wartawan media lokal setempat, menyampaikan, menurut informasi, perlakuan tidak manusiawi yang dilakukan aparat pada waktu itu.
“Terus, abis itu dipukul sama disabet pake tongkat polisi. Tetap dipaksa ngaku, terus dijambak, diinjak ditonjok. Hape semuanya diperiksa ampe ga ada ampun, ampe teman aku juga ampe minta ampun-ampunan.
“Kalau aku cuman berdua yang mukul. Kalau teman, dia banyak. Dia yang lebih parah sampe ampun-ampunan ampe mohon-mohon kalau aku dua orang,” katanya.
“Kalau yang dipepet ama polisi aku doang ama temen boncengan. Motor polisi dua orang yang belakangan ama depan. Ya langsung minggir, abis itu polisi yang lain datang. “Terus abis itu tetap dipaksa dibawa ke polsek naik mobil polisi. Habis dibawa ke polsek diintrogasi segala macam, di tanyain alamat rumah. ‘Trus tadi ngapain aja, kok bisa ditangkap segala macam, terlibat tawuran apa ngga. Udah itu, terus masih ditanya, tawuran apa ngga, ya tetap aja ngga tawuran,” papar korban.
“Jongkok, abis dari motor dijambak disuruh duduk abis dari situ ditendang-tendangin, karna polisi alasannya aku kabur tapi aku kabur karna panik bukan karna aku salah. Polisinya tanya, ngapain kamu kabur segala macam? “Panik pak saya ” nah abis itu saya ditonjok dipukul ditendang diinjak. Habis itu di pojokin,” ujarnya.
Sementara, ayah MGCG yakni A. Ghozali Mukti yang juga merupakan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Tangsel menyesalkan kejadian yang menimpa putranya.
“Saya orang tua dari muhammad gusti cahya gemilang korban dari penganiyaan oleh aparat kepolisian, yang menurut informasi dari polda metro jaya. Kejadian menurut keterangan anak saya sebagai korban TKP nya di daerah gaplek pamulang dilakukan oleh beberapa opnum aparat yang menurut informasi dari polda metro jaya, dan saya tidak tau dalam rangka apa. Penganiyayaan ini luar biasa, tendangan dan pukulan di badan dan di kepala anak saya dan kawan anak saya. Jadi, saya mohon kepada Kapolri setidaknya dengan Kapolda metro jaya untuk mengusut tuntas pelaku penganiayaan terhadap anak saya pada hari kemarin di daerah gaplek pamulang terimahkasih,” tuturnya.
Sayangnya, saat dimintai dokumen berita acara penyerahan MGCG dan FRP dari oknum polisi pelaku penganiayaan ke Kepolisian Sektor (Polsek) Pamulang, pihak Polsek Pamulang belum memberikan keterangan lebih lanjut kepada orang tua korban.
“Proses serah terima itu ada pak. Tapi kita berita (acaranya, red) ada, tapi nanti saya ijin di Kanit Provost dulu,” ungkap salah seorang anggota Kepolisian Polsek Pamulang yang tugas piket pada pagi hari kejadian.