RI News – Siapa Margono Djojohadadikusumo? Kakek Prabowo Subianto diungkap oleh putri Presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid saat bertemu dengan Prabowo.
Saat bertemu dengan Prabowo Subianto di Rumah Besar Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (7/9/2023) pekan lalu, Yenny Wahid menyinggung kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo.
Hal itu diungkapkan Yenny sekaligus membeberkan kedekatannya dengan calon presiden masa depan dari Koalisi Indonesia Maju.
Menurut Yenny, Margono, kakek Prabowo, merupakan tetangga kakeknya, Wahid Hasyim.
Keduanya tinggal di kawasan Matraman, Jakarta Timur.
“Kami kedekatannya melampaui kami berdua karena keluarga mas Bowo (Pabowo Subianto,-Red), kakek beliau, eyang beliau, eyang Margono itu tetanggaan dengan eyang saya, eyang Wahid Hasyim di daerah Matraman. Dulu ketika eyang Margono berpulang, eyang saya ikut mendoakan,” kata Yenny, dikutip KompasTV.
Siapa Margono Djojohadadikusumo?
Margono Djojohadikudumo adalah kakek Prabowo.
Artinya, ayah Prabowo, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, merupakan anak dari Margono Djojohadikusumo.
Selain Soemitro, Margono memiliki dua orang anak lainnya, Soebianto Djojohadikoesoemo dan Soejono Djojohadikoesoemo.
Namun, dua orang anak Margono tewas dalam Pertempuran Lengkong tahun 1946.
Margono hidup sebelum kemerdekaan, dari awal sampai akhir setelah kemerdekaan.
Margono Djojohadikusumo lahir di Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 16 Mei 1894.
Dengan demikian, saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Margono berusia 51 tahun.
Margono juga memegang peranan penting pada awal kemerdekaan.
Ia tercatat sebagai anggota Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Setelah Soekarno-Hatta dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Margono menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Margono kemudian mengusulkan pembentukan bank sentral atau bank sirkulasi sebagaimana diatur dalam UUD 1945.
Presiden Soekarno kemudian menunjuk Margono untuk mendirikan bank sentral.
Kemudian pada tanggal 19 September 1945, Dewan Menteri Republik Indonesia memutuskan untuk mendirikan bank umum yang berfungsi sebagai “Bank Dirkulasi”.
Bank ini kemudian diberi nama Bank Nasional Indonesia (BNI).
Akhirnya pada tanggal 15 Juli 1946 diumumkan Perpu Nomor 2 Tahun 1946 tentang pendirian Bank Negara Indonesia.
Perppu ini juga telah menunjuk Margono Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI).
Dengan demikian, Margono merupakan pendiri sekaligus direktur pertama BNI yang berdiri hingga saat ini.
Dalam perjalanannya, BNI telah berkembang dari bank sentral menjadi bank komersil milik pemerintah.
Margono kemudian meninggal pada masa Orde Baru, yakni pada tanggal 25 Juli 1978 di Jakarta.
Ia dimakamkan di pemakaman keluarga di Dawuhan, Banyumas, Jawa Tengah.