RI News – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diprediksi tidak akan keberatan jika dirinya ditawari mencalonkan diri sebagai cawapres Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Pilkada 2024.
Tak lama setelah Pemilu 2019, Prabowo menerima tawaran menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Padahal, di masa lalu, Prabowo dan Jokowi sempat bentrok sengit di arena pemilu.
“Kalau dia menduduki posisi menteri pertahanan, tentu posisi cawapres akan jauh lebih menarik jika dia punya potensi keberhasilan,” kata Ahmad Khoirul Umam, Direktur Eksekutif Institute of Democracy and Business (Indostrategic), Kamis (16 Maret 2023).
Umam mengatakan, menyandingkan Prabowo dan Ganjar dalam pemilihan presiden (pilpres) mendatang memang memungkinkan. Namun, akan lebih realistis jika Ganjar ditempatkan sebagai capres (kandidat), sedangkan Prabowo sebagai cawapres.
Sebab, dari segi statistik, Ganjar lebih unggul dari Prabowo. Jajak pendapat dari berbagai organisasi menempatkan politisi PDI Perjuangan itu sebagai calon presiden dengan perolehan suara 30%.
Sedangkan Prabowo berada di urutan kedua dengan jumlah pemilih sekitar 20%, lebih tinggi dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anie Baswedan. Status PDI-P, partai yang menaungi Ganjar, bahkan mengungguli Gerindra. Partai yang dipimpin Megawati itu juga merupakan partai politik yang telah memenangkan pemilu dua kali berturut-turut.
Memang, sampai saat ini PDI-P belum menyebut penunjukan presiden. Namun, jika Ganjar akhirnya usung, Umam yakin Partai Banteng akan ngotot menempatkan kadernya di kursi calon RI-1.
“Oleh karena itu, usulan Ganjar-Prabowo akan lebih masuk akal daripada Prabowo-Ganjar,” katanya.
Duet Maut Ganjar-Prabowo, Dampaknya?
Menurut Umam, duet Ganjar-Prabowo akan membawa kekuatan besar. Bukan hanya karena kedua karakter tersebut memiliki modal yang cukup
Dengan bekal tersebut, keduanya berpeluang membangun basis elektoral yang kokoh. Umam juga yakin partai lain akan tergoda untuk bergabung jika PDI-P dan Gerindra beraliansi dan keduanya berpasangan.
“Kehadiran ‘superblok’ dianggap lebih terbuka untuk menang, dengan peluang untuk menarik partai politik kelas menengah seperti PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PAN (Partai Amanat Nasional),” tegasnya.
Namun, drinya menjelaskan pembicaraan Prabowo dengan Ganjar perlu didiskusikan panjang. Butuh banyak negosiasi antara Gerindra dan PDI-P untuk mencapai kesepakatan.
“Jika negosiasi dan kompromi tidak ditemukan, upaya lebih besar harus dilakukan agar aliansi antara PDI-P dan Gerindra dapat segera berkembang,” pungkasnya.